foto Anggota-anggota Gerakan Pamuka Gudep 02.67-02.68
Racana Trunojoyo-Rato ebu
Pangkalan Universitas Trunojoyo Madura
AmiArmy
ami always friendly
Total Tayangan Halaman
Kamis, 20 September 2012
Jumat, 27 Januari 2012
ratapanQ
Malam ini begitu sepi
Disini q sendiri
Meratapi nasibq yang tak tentu
Merenungi nasibq yang malang
Ketulusan...
Itulah yang ku cari
Kasih saying...
Itualh yang aq inginkan
Aq
bagaikan sebuah kerikil
Kerikil diantara batu besar
Aq bagai sebuah kerang
Terdampar sendiri di pantai
Aq
ingin ada yang menyayangiku
Menyayangiq dengan tulus
Layakx aq menyanyanginya
Aq
tak ingin sendiri
Tak ingin sepi
Tak ingin muram
Dan tak ingin sedih
Yang q mau
hanya kasih sayang yang tulus
Dan abadi...
Amy.alone
Kamis, 06 Oktober 2011
Bunga Tidur
BUNGA TIDUR
Hari
ini hari senin, Naila bangun kesiangan. Biasanya dia bangun sekitar pukul 5
tetapi sekarang pukul 6. Melihat jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi dia
langsung pergi ke kamar mandi. Membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi
sekolah. Hanya perlu waktu 20 menit dia mandi padahal biasanya 30 menit. Semua
itu karna dia takut telat ke sekolah. Setelah berpakaian dia langsung turun ke
bawah.
“
Pagi mama, papa, adik”, ucapnya ketika telah berada di lantai bawah dan mencium
pipi mama dan papa.
“
Pagi Naila sayang. Kok tumben kamu bangun kesiangan ? biasanya sudah bantu mama
menyiapkan sarapan”, ucap mama.
“
Nggak tahu kenapa, Ma. Mungkin gara-gara nngerjakan tugas kemarin malam,Ma”.
“
Bohong tuh, Ma. Kakak kan sedang jatuh cinta. Pasti memikirkan mas Dani terus”,
sanggah Bima, adik Naila kelas X di SMA yang sama dengan Naila.
“
Hust...bohong tuh Ma, Pa”,ucap Naila sambil melirik ke arah adiknya.
“
Hayoo,, anak papa ternyata sudah besar iya”, ucap ayah Naila sambil ketawa.
“
Ih, papa kok ikut-ikutan adik sih. Nggak kok, Pa. Bukan karna itu”.
“
Hmm.. papa sih ngijinin tapi jangan keterlaluan”.
“
Sudah-sudah, ayo sarapan. Kalian kan harus berangkat sekolah. Papa juga kan
harus kerja”, ucap mama
Keluarga
Naila pun sarapan bersama-sama. Tepat pukul 6.45 Naila dan Bima berangkat
kesekolah dengan diantar ayahnya. Naila adalah anak yang rajin dan lumayan pintar.
Dia sering masuk 10 besar. Dia juga menjadi anak kesayangan guru-guru
disekolahnya walaupun jarang mendapat ranking 1. Dia pun dia tidak pernah
sombong atau pilih-pilih teman. Bagi dia, semua siswa di sekolahnya adalah
temannya. Naila bersekolah di SMA Tunas Muda. Sekarang dia duduk di kelas
XI-IPA 4.
Butuh
waktu 15 menit memakai mobil untuk sampai ke SMA Tunas Muda. Ketika sampai di
sekolah, Naila dan Bima, adiknya segera keluar karna hari senin itu akan ada
upacara. Sebelum masuk ke kelas, tidak lupa Naila dan Bima pamitan terlebih
dahulu kepada ayahnya.
“
Hai Nai.”, tiba-tiba Meyda menyapanya di pintu gerbang. Tampaknya Meyda juga
baru datang sama seperti Naila. Meyda adalah sahabat dan sekarang satu kelas dengan
Naila.
“
Pagi juga Mey, yuk sama-sama ke kelas”, jawab naila.
“
Ayo”.
Meyda
dan Naila berjalan beriringin bersama-sama menuju kelas mereka. Sambil berjalan
mereka berbincang-bincang dan bercanda. Ketika tengah asyik berbincang,
tiba-tiba pandangan Naila terpaku pada lapangan basket. Bukan pada lapangan
basket yang dia lihat tetapi pada siswa yang sedang bermain basket dilapangan
tersebut terutama Dani, murid kelas XII IPA 1 sekaligus ketua tim basket. Karna
pandangan tersebut, Naila tidak konsentrasi dengan apa yang dibicarakan Meyda.
Naila pun tanpa sadar berhenti sedangkan meyda terus berjalan dengan ocehannya.
Hingga akhirnya Meyda tersadar bahwa dari tadi dia berbicara sendiri sedangkan
Naila telah berhenti di depan lapangan basket. Meyda pun segera menghampiri Naila.
“
Hei..!”, ucap Meyda sambil mengibaskan tangannya dihadapan Naila.
Tetapi
tetap saja Naila tidak bergeming. Meyda pun kembali memanggil Naila dan
mengibaskan tangannya ke depan muka Naila. Karna capek, akhirnya Meyda
memanggil Naila lebih keras lagi.
“ Naila....!”.
“ Naila....!”.
Naila
pun langsung kaget seketika. Wajahnya langsung beralih pada Meyda yang
memanggilnya.
“
Apaan sih, bikin kaget saja. Pelan dikit kalau panggil namaku”, kata Naila.
“
Hei, aku dari tadi udah panggil kamu. mungkin 10 kali. Tapi kamu tetap diam.
Ada apa sih, hayooo ?”.
“
Eh, gak ada apa-apa kok”, jawab Naila sambil tersenyum.
Tapi
Meyda tidak percaya begitu saja. Terlihat jelas dari senyumnya dan tingkah
lakunya bahwa Naila salah tingkah. Meyda pun langsung melihat ke arah lapangan
basket.
“
Hayo, kamu negliatin sapa sih? Ngaku saja deh. Hayo..?”, sindir Meyda.
“
Apaan sih? Nggak kok. Aku nggak liat sapa-sapa kok. Ayo kita ke kelas”, jawab
Naila sambil sambil mengapit lengan kiri Meyda untuk melanjutkan jalan ke ke
kelas.
Di
dalam kelas, Naila langsung menyiapkan peralatan untuk upacara seperti topi dan
dasi. Tepat ketika selesai menyiapkan perlengkapan upacara, bel sekolah pun
berbunyi.
“
Teeeeeeeeeeeet........ !”.
“
Ayo Nai ke lapangan”, ajak Meyda.
“
Ayo”, balas Naila sambil tersenyum.
Kemudian
Naila dan m Meyda berjalan bersama menuju lapangan upacara. Ketika hamper
mendekati lapangan, Naila bertemu dengan Dani.
“ Hai Nai”, sapa Dani pada Naila.
“ Hai Nai”, sapa Dani pada Naila.
“
Eh, eh hai juga Mas Dani”, jawab Naila salah tingkah. Dia tidak menyangka Dani,
orang yang dia sukai selama ini menyapa dia dan tidak tahu apa yang harus
dikatakan pada saat itu.
“
Mau ke lapangan iya ?”.
“
Iya,Mas. Kan upacara. Loh mas nggak ikut upacara ?”, jawab naila setelah
berhasil menguasai rasa gugupnya.
“
Aku tidak ikut sepertinya karna habis ini akan bertanding di SMA Kartini”.
“
Bertanding ? bertanding basket ?”.
“
Iya. Ya sudah iya aku kesana dulu. Kamu kan juga harus upacara”.
“
Iya”, jawab Naila sambil berjalan kembali menuju lapangan. Sambil berjalan, dia
pun senyum-senyum sendiri. Di tengah lapangan sudah ada Meyda yang menunggunya.
“
Darimana saja sih kamu. Lama banget”.
“
Nggak darimana-mana kok”, ucap Naila
sambil tersenyum.
“
Wadduh senyum-senyum sendiri nih. pasti ada apa-apanya nih. hayo ?”.
“
Nggak ada apa-apa. Curigaan banget sih. Sudah itu dengerin yang di depan lagi
ceramah”.
Akhirnya
mereka pun diam dan mengikuti upacara bendera dengan tertib. Dan sampailah pada
amanat pembina upacara. Pembina upacara yaitu kepala sekolah pun meminta
bantuan anak-anak untuk mendoakan tim basket agar menang bertanding pada hari
itu dan tak lupa juga memanggil anggota tim basket untuk hadir di tengah
lapangan.
“
Siswa-siswiku yang saya sayangi. Marilah kita doakan teman-teman kita ini tim
basket agar mereka menang dipertandingan basket nanti jam 9 di SMA kartini”.
“
Amin...!”, jawab seluruh siswa-siswi SMA Tunas muda tanpa terkecuali guru dan
staf pegawai SMA Tunas Muda.
Begitupun dengan Naila. Dia berdoa
agar tim besket bisa menang. Kemudian dia memandang ke depan dan pandangannya
tertuju pada Dani. Naila dapat melihat Dani dengan jelas karna kebetulan dia
berada di barisan depan. Ketika sedang asyiknya memandang Dani, tiba-tiba Dani
pun melihat ke arah Naila. Melihat Dani juga menatapnya, Naila menjadi salah
tingkah. Dia pura-pura mengalihkan pandangannya pada paduan suara. Naila merasa
malu sekali ketahuan bahwa dia memandang
Dani dari depan.
Upacara dilaksanakan sekitar 30
menit dan akhirnya selesai juga. Murid-murid pun langsung berhamburan menuju
kelasnya masing-masing. Tidak ketinggalan Naila pun langsung berjalan menuju
kelasnya. Tetapi baru berjalan 10 langkah tiba-tiba ada tangan yang menarik
tangannya. Naila pun langsung menoleh ke belakang.
“ Siapa sih yang menarik tangank...”,
jawab Naila tetapi tak bisa melanjutkan kata-katanya setelah tahu siapa yang
menarik tangannya.
“ Loh, Mas Dani ?”, tanya Naila
sambil berusaha menenangkan hatinya yang sedang deg-degan.
“ Iya”, jawab Dani sambil tersenyum.
Senyum yang membuat hati Naila berbunga-bunga. Sehingga salah tingkah.
“ A..ada apa mas ?”, jawab Naila
gugup.
“ Ah, nggak apa-apa. Ku cuma minta
doanya saja supaya tim basket kita menang”, jawab Dani.
“ Iya. Pasti ku doain kok mas”, ucap
Naila sambil tersenyum.
“ Makasih iya. Oh iya, nanti ketika
selesai bertanding basket ada yang mau aku bicarain dengan kamu”.
“ Tentang apa ?”, tanya Naila heran.
“ Nggak bisa di bicarain sekarang.
Nanti saja iya. Aku pergi dulu. Sampai jumpa”, jawab dani dan
meninggalkan Naila.
“ Sampai jumpa juga”, ucap Naila
heran.
Sambil berjalan ke kelas, Naila
memikirkan apa yang akan dibicarakan Dani ke dia. Karna tak mendapat jawaban
akhirnya dia memutuskan untuk mengesampingkannya dulu dan menunggu Dani bicara
langsung.
Sesampainya di kelas, sudah ada Bu
Endang yang telah mengajar. Naila pun buru-buru masuk.
“ Maaf bu, saya terlambat. Tadi
masih ke toilet”, ucap Naila ketika memasuki kelas.
“ Iya tidak apa-apa. Silahkan
duduk!”, jawab Bu Ending sembari menyuruh Naila duduk.
Ketika sampai pada bangkunya, Naila
langsung disambut oleh pertanyaan dari Meyda.
“ Darimana saja sih kamu ?
dicari-cari dari tadi?”, bisik Meyda agar tidak ketahuan Bu Endang.
“ Dari toilet kok”, jawab Naila
sambil tersenyum.
“ Toilet apa toilet ? Jadi
penasaran. Hayo ? “.
“ Entar saja aku ceritain”, jawab Naila
sambil menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya, pertanda bahwa Meyda harus
diam dan berhenti membicarakan ini.
Pelajaran bahasa Indonesia yang
diajarkan oleh Bu Endang berlangsung selama 2 jam. Dilanjutkan oleh pelajaran
Fisika yang berlangsung selama 2 jam juga. Tepat jam 11 siang waktunya
istirahat. Meyda pun langsung mengajukan pertanyaan yang dari tadi ingin dia
dapatkan jawabannya.
“ Kamu tadi darimana sih, Nai. Sudah
deh, jangan bohong. Tadi sebelum upacara kamu bertingkah aneh dengan melihat
anak-anak basket main. Tadi juga waktu menuju lapangan, ku lihat kamu berbicara
dengan Mas Dani. Ada apa sih ? terus kok tadi kamu masuk kelas telat. Kamu
darimana ?”.
“ Hei, Mey. Kamu seperti wartawan
saja. Mau mengintrogasi aku tah? Satu-satu donk tanyanya”, jawab naila sambil
tersenyum.
“ Tadi pagi sebelum upacara dan kita
menuju ke kelas. kenapa aku berenti? aku cuma ingin lihat tim basket saja. yah
cuma lihat saja. Memangnya nggak boleh ?”.
“ Hmm.. gitu tah. Kayaknya aku nggak
percaya deh”.
“ Ih, nggak percayaan benget sih.
Terus tadi waktu mau upacara, Mas Dani Cuma menyapa aku saja kok. Ya ku tanya
saja, kenapa dia nggak ikut upacara dan
ternyata dia ikut bertanding basket”, lanjut Naila.
“
O.... gitu toh. Terus tadi kok masuk kelas telat. Hayo?”.
“
Itu sih karna aku ke toilet”.
“
Wah bohong kamu iya. Hayo..? tadi aku lihat kok kamu lagi ngobrol sama Mas
Dani”.
“
Loh, ketahuan deh. Memang nggak bisa bohong aku ke kamu. Iya tadi aku ngobrol
sama Mas Dani. Iya cuma ngobrol saja “.
“
Cuma ngobrol? Memang kalau boleh tahu, ngobrolin apa sih ? tapi kamu kan memang
nggak bisa bohong ke aku. Kita kan sudah lama bersahabat, kita pun sudah
sama-sama tahu sifat kita masing-masing”.
“
Iya sih”, jawab naila sambil tertawa. “ tadi Mas Dani cuma minta doanya saja
kok ke aku, ya doa supaya tim basketnya menang”.
“
Loh, kok minta doanya ke kamu ? memangnya kamu dukun ?”.
“
Nah, itu ku juga bingung. Tadi dia juga mengatakan kalau setelah selesai tim
basketnya bertanding, dia mau membicarain sesuatu ke aku. Tapi dia tidak mau
bilang tentang apa”.
“
Wah, itu sih aku tahu. Pasti dia suka kamu. Yakin deh aku”.
“
Suka ?”, ucap Naila heran. “ suka gimana? Nggak mungkin lah. Nggak mungkin dia
suka sama aku yang jelek ini”.
“
Halah merendah banget sih kamu. Kan sudah ada buktinya. Dia selalu menyapa
kamu. Meminta doa kamu supaya timnya menang. Itu sudah jadi bukti, Nai”.
“
Sudah ah jangan bicara yang aneh-aneh lagi”.
“
Halah, kamu juga suka kan ke Mas Dani. Ngaku saja”.
“
Hah? Nggak kok “, sanggah Naila cepat. Tapi tingkah lakunya menjadi salah
tingkah.
“
Sudah deh ngaku saja. Aku kan sahabatmu sih. Masa malu sama sahabat sendiri”.
“
Nggak kok. Apa buktinya kalau aku suka sama Mas Dani ?”, tanya Naila sambil
mencibir.
“
Kamu tadi melihat tim besket bermain basket tujuanmu bukan melihat permainannya
tapi Mas Dani kan. Hayo? Tadi kulihat kamu ngobrol sama Mas Dani, wajahmu
terlihat memerah. Malu iya?”.
“
Sudah...sudah... aku ngaku deh”.
“
Ngaku bahwa kamu suka Mas Da... “, Naila langsung membungkam mulut Meyda dengan
tangannya. Takut ada yang mendengar pembicaraan mereka.
“
Ssst...iya, tapi jangan bilang-bilang iya”, jawab Naila sambil memelankan
suaranya.
“
Akhirnya ngaku juga nih anak “, ucap Meyda sambil tertawa keras. “ yah
siap-siap saja “.
“
Siap-siap kenapa ?”.
“
Ya siap-siap. Terutama siapkan hati mu karna dia pasti menyatakan rasa sukanya
ke kamu”.
“
Ah, kamu itu bisa saja”, jawab naila sambil menhan malu.
“
Bener loh. Lihat saja nanti”.
Bel
pun berbunyi pertanda agar anak-anak masuk ke kelas dan melanjutkan pelajarannya
kembali. Selama pelajaran Naila merasa tidak tenang. Terutama hatinya
deg-degan. Dia berpikir apakah benar yang dikatakan meyda itu. Apakah itu hanya
tebakan. Tapi kalau benar, apa yang harus dia katakan nantinya. Langsung
menerimanya atau sebaliknya. Tapi itu kan yang selama ini diinginkan. Karna
bingung, dia pun membuang pikiran itu sejenak, berharap agar bisa konsentrasi
dengan pelajaran di depan kelas. tapi walaupun begitu, hatinya tetap tidak
tenang.
Bel
pulang pun berbunyi. Dia bingung mau menunggu Dani tau tidak. Akhirnya dia
memutuskan menunggu selama 15 menit. Waktu semakin cepat, 15 menit pun berlalu
tetapi Dani tidak kunjung muncul. Akhirnya Naila memutuskan untuk pulang. Naila
beranggapan mungkin pertandingannya belum selesai.
Keesokan
harinya ketika akan berangkat sekolah, rumah Naila kedatangan tamu. Naila kaget
ternyata tamunya adalah Dani. Dani meminta ijin untuk menjemput Naila dan
berangkat sekolah bersama-sama. Ayah Naila pun mengijinkannya. Naila kaget dan
tak percaya dengan semua ini. Dia berangkat sekolah bersama dengan Dani. Tidak
disangka itu akan terwujud. Dalam perjalanan kesekolah, Dani menanyakan apakah
kemarin Naila menunggunya.
“
Kemarin maaf iya. Kamu menungguku kah?”.
“
Tidak apa-apa kok mas. Kemarin Cuma nunggu 15 menit saja kok. Langsung pulang
ke rumah. Mas pasti masih tanding basket kan?”.
“
Iya. Tapi Alhamdulillah tim kita memenangkan pertandingan itu”.
“
Menang? Alhamdulillah”, ucap Naila gembira.
“
Iya. Makasih atas doanya iya”.
“
Loh, yang mendoakan kalian kan bukan cuma aku tapi semua yang ada di sekolah”.
Tanpa
terasa mereka telah sampai di sekolah. Dani pun langsung memarkir sepeda
motornya di tempat parkir dan berjalan menyusul Naila yang telah berjalan
terlebih dahulu. Ketika mereka berjalan berdampingan, semua mata memandang
mereka. Entah apa yang ada dipikiran teman-teman yang lain. Kelaspun menjadi
heboh. Sebelum mereka berpisah Dani mengatakan agar Naila menunggu di kelasnya
sepulang sekolah.
“
Naila... kamu jadian iya sama Mas dani?”, Tanya meyda.
“
Nggak kok. Kata siapa ?“.
“
Tadi itu buktinya?”.
“
Ah, itu cuma kebetulan kok”, jawab Naila sambil tersenyum.
Selama
pelajaran hari itu Naila ingin sekali cepat mendengar bel pulang sekolah agar
dia tahu apa yang mau di katakan Dani ke dia. Akhirnya, bel pulang sekolah
berbunyi. Naila tetap duduk di kelas sampai teman-temannya pulang. 15 menit pun
berlalu, akhirnya Dani datang ke kelas Naila.
“
Maaf lama menunggu”, ucap Dani ketika memasuki kelas Naila.
“
Nggak apa-apa. Ada apa sih, Mas?”.
“
Hmm.. gini Nai. Sebenarnya aku....”, jawab Dani gugup.
“
Sebenarnya apa sih, jangan buat penasaran?”.
“
Baiklah, sebenarnya aku... aku... aku suka kamu”.
Hati
Naila langsung berdetak dengan cepat. Tak percaya dengan apa yang dia dengar.
Benar atau tidak.
“
Bagaimana, Nai ? mau nggak kamu jadi pacar aku ?”.
“
Pacar? Hmm... iya. Aku mau jadi pacar, Mas Dani”, sambil tersenyum.
“ Terima kasih, Nai. Aku sayang kamu”.
“
Aku juga, yuk kita pulang”.
“
Ayo”, jawab Mas Dani sambil tersenyum.
Dalam
perjalanan ke tempat parkir mereka bergandengan tangan. Naila sangat bahagia
sekali. Naila terus menatap Dani dari samping sambil terus tersenyum tak
percaya dengan semua ini. Karna terlalu senang, Naila tidak melihat ada tiang
di depannya. Kemudian...
DUUUK...bruak...
Naila
jatuh dari tempat tidurnya. Dia pun berdiri dan melihat sekelilingnya. Ternyata
dia sedang berada di kamarnya. Dia pun berpikir, apakah semua yang di alami
barusan hanya mimpi. Akhirnya setelah berpikir cukup lama, dia sadar ternyata memang
benar semua kejadian di atas, kejadian Dani yang ngobrol dengannya, yang
menjemputnya, yang menyatakan suka padanya maupun yang bergandengan tangan
dengannya hanyalah mimpi belaka. Naila pun terbangun, dan tertawa keras sekali
karna mimpi itu seperti nyata. Mimpi yang dia harapkan selama ini. Mimpi yang
tidak akan pernah terjadi karna Dani sudah mempunyai pacar dan tidak mungkin
suka dengan Naila.
THE
END
Langganan:
Postingan (Atom)